9 Sep 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Budaya Hidup Sehat

Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berharga bagi manusia bahkan semua mahluk, karena menentukan perjalanan kehidupan itu sendiri sehingga memperoleh langkah yang mudah untuk mencapai segala yang kita inginkan. Kesehatan bagaikan mutiara dalam diri manusia sebab merupakan suatu keharusan bagi manusia itu sendiri sehingga terhindar dari segala rasa yang akan menyakitkan manusia yang mana dapat membuatnya kehilangan semangat dan kemampuan dalam menjalani kehidupan.

Terlepas dari apakah penyakit itu merupakan bekal manusia sejak lahir ataupun akibat dari kelakuan manusia yang tidak mampu atau tidak mau menjaga kesehatan maupun faktor ketidaktahuan manusia dalam mengendalikan budaya kehidupan yang semakin instan dan mudah, sebenarnya terdapat usaha-usaha untuk meningkatkan nilai kesehatan dan daya tahan tubuh manusia dari penyakit.

PERBANYAK MINUM AIR PUTIH merupakan langkah awal menggapai kesehatan yang baik dan sangat dianjurkan oleh beberapa ahli dan dokter. Dimana air merupakan penyusun tubuh yang paling banyak dengan persentase 55 % sampai 78 % yang membantu dalam berbagai proses dalam tubuh seperti metabolisme, peredaran darah dan sari makanan serta menjaga kelembaban organ-organ tubuh agar berfungsi dengan baik. Air memiliki sifat untuk mencuci kotoran dan menjaga kebersihan individu dan merupakan unsur yang sangat penting di bumi.

VEGETARIAN merupakan budaya mengurangi makan daging sampai tidak sama sekali mengkonsumsinya. Daging pada sebagian orang merupakan faktor yang utama dalam proses makan guna memenuhi kebutuhan akan perut dan tubuh. Namun demikian masih banyak protein, lemak maupun vitamin serta mineral yang bisa diambil dari tumbuhan sebagai penggantinya. Selain itu mengkonsumi makanan yang berasal dari tumbuhan memiliki beberapa kelebihan seperti non-kolesterol, mengandung banyak serat, serta mampu mengurangi beberapa penyakit yang ditransfer melalui hewan. Jika Anda termasuk orang yang sering mengalami kesemutan terutama pada kaki setelah duduk agak lama, maka Anda termasuk orang yang harus waspada dengan pola makanan Anda. Sebaiknya mulailah belajar untuk mengurangi daging dan beralih kemenu tanpa daging atau nabati.

OLAHRAGA yang teratur memiliki efek pada terjaganya stamina dan kelenturan otot-otot tubuh. Yang meliputi otot kaki dan tangan yang termasuk anggota gerak, serta terutama otot jantung yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Mengapa oksigen begitu penting bagi tubuh, dan apa hubungannya dengan olahraga. Karena oksigen menghidupi sel-sel untuk melakukan proses pengubahan zat makanan menjadi energi yang dapat menghasilkan gerak dan tenaga bagi tubuh. Jika kita berolahraga maka otot-otot akan terlatih bekerja secara optimal sehingga terjadi keseimbangan energi di dalam tubuh. Darah akan mengalir dengan cepat pada pembuluh pada saat kita berolahraga sehingga kotoran-kotoran akan cepat terangkut ke ginjal untuk disaring. Bayangkan saja saat Anda sedang membersihkan lantai yang kotor oleh tanah dengan menyemprotkan lebih banyak air dan aliran yang deras. Tentunya lantai itu akan lebih cepat bersih bukan.
6 Sep 2011 3 komentar By: Gede Astawan

Pengolahan Bahan Pustaka di Perpustakaan

Koleksi perpustakaan yang terdiri dari buku, terbitan berkala, rekaman audio visual serta yang lainnya harus disusun secara sistematis guna memenuhi standar pengelolaan perpustakaan yang ada, mulai dari pengadaan sampai dengan penyajiannya sehingga siap dilayankan kepada pengunjung.

Adapun proses pengolahan bahan pustaka sebagai berikut :
1. Pengadaan Bahan Pustaka
Untuk melengkapi koleksi perpustakaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya membeli, meminjam, tukar-menukar dan hadiah. Dalam menentukan bahan tersebut harus memperhatikan jenis perpustakaan yang dikelola. Apakah itu perpustakaan umum, nasional, sekolah, daerah, atau khusus. Sehingga isi bahan akan sesuai dengan kebutuhan dan minat baca yang dituju.

2. Inventarisasi
Adalah mencatat koleksi pustaka yang baru diperoleh ke dalam Buku Inventaris atau Buku Induk, sehingga perpustakaan memiliki catatan yang resmi dan baku tentang koleksi perpustakaan. Pada langkah ini dapat dilakukan kegiatan mengecek bahan koleksi yang telah dipesan, memberi cap perpustakaan dan cap segiempat dengan memperhatikan isi buku agar letak stempel tidak mengganggu isi buku itu sendiri, baik tulisan maupun gambarnya.

3. Klasifikasi
Merupakan kegiatan untuk mengelompokkan buku kedalam suatu kelas yang sesuai dengan isi buku berdasarkan peraturan yang dipakai. Ada beberapa sistem pengelompokan buku, diantaranya metode DDC (Dewey Decimal Classification), atau Metode Oxford University. Kegiatan ini bertujuan agar setiap bahan pustaka mudah dicari oleh pembaca serta mudah dalam mengaturnya kembali.

4. Katalogisasi
Dalam ilmu perpustakaan, katalog memiliki pengertian sebagai sebuah daftar dari koleksi atau bahan pustaka. Katalog berisikan sejumlah kesatuan keterangan dari suatu koleksi, yang menggambarkan identitas setiap karya atau bahan pustaka. Katalog memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk memperoleh informasi mengenai koleksi yang ingin mereka cari. Adapun jenis-jenis kartu katalog :
  1. Katalog Utama
  2. Katalog Subyek
  3. Katalog Pengarang
  4. Katalog Judul

5. Label Buku
Pemberian Label Buku bertujuan untuk memudahkan mengelola, menyajikan, dan mencari suatu bahan pustaka, dalam urutan yang teratur dan tertata rapi. Label buku disebut juga Call Number berupa kertas kecil dengan ukuran 7 x 3 cm yang ditempelkan di punggung buku dengan jarak dari bawah (kaki buku) lebih kurang 2,5 cm sampai 3 cm. Label buku berisi nama perpustakaan yang sama untuk satu perpustakaan, serta komponen identitas buku yang meliputi 3 huruf pertama pengarang buku/bahan pustaka, nomor klasifikasi sesuai kelompok bahan, serta satu huruf pertama dari judul buku.

6. Kartu Buku
Kartu buku adalah kertas kecil dengan ukuran 12,5 cm x 7,5 cm yang diletakkan dibagian sampul belakang buku yakni pada Kantong Buku. Kartu buku bertujuan untuk membantu proses pencatatan apabila buku dipinjam keluar, dengan cara kartu buku akan ditaruh diperpustakaan itu sendiri sementara buku dipinjam keluar. Sehingga bila ada kartu buku yang diluar berarti buku yang identitasnya tercatat pada kartu tersebut dipinjam keluar perpustakaan, baik untuk beberapa hari. Pada bagian atasnya diberi identitas yang meliputi nomor klasifikasi, judul buku, dan nama pengarang. Sedangkan bagian bawahnya terbagi menjadi dua kolom, satu untuk mencatat tanggal pengembalian, dan satu untuk mencatat nomor anggota peminjam buku.

7. Kantong Buku
Suatu kantong yang terbuat dari kertas dengan ukuran 12 cm x 9 cm dan ditempelkan pada bagian dalam kulit belakang buku disebut dengan kantong buku. disebut kantong karena memiliki fungsi yang serupa dengan kantong pada baju. Tetapi dalam hal ini kantong buku digunakan untuk menempatkan Kartu Buku dan berisi identitas dari buku, seperti nomor klasifikasi, Judul buku, dan nama pengarang.

8. Slip Tanggal / Date Slip
Adalah selembar kertas dengan ukuran lebih kurang 12,5 cm x 7,5 cm yang ditempelkan pada bagian halaman belakang atau halaman terakhir buku sebelum kulit belakang buku. Slip tanggal berisikan tanggal pengembalian jika buku tersebut dipinjam agar mengingatkan si peminjam kapan buku itu harus dikembalikan. Slip tanggal ini ditempelkan pada bagian atas dihalaman tersebut dengan jarak kira-kira 0,5 cm - 1,5 cm dan diusahakan agar tidak mengganggu tulisan pada halaman itu. Maka dari itu cukup ditempel dengan perekat/lem pada bagian atasnya saja, sehingga ketika membaca tulisan dibawah slip date, dapat dilipat keatas begitu saja.

9. Membungkus Buku
Tujuan membungkus buku yakni agar buku menjadi lebih awet dan rapi ketika dikoleksi. Terutama dalam jangka waktu yang lama terkadang sampul buku menjadi kotor ataupun robek. Pembungkus buku yang baik hendaknya memperhatikan tujuan pembungkusan yakni tahan air, kotoran dan debu, namun tulisan pada sampul tetap terlihat dengan jelas.

10. Penyusunan Koleksi
Bahan pustaka yang telah diolah tadi kemudian disusun dalam rak-rak koleksi sesuai dengan klasifikasi atau pengelompokan buku tersebut. Buku disusun dalam rak secara berdiri dengan memperlihatkan punggung buku yang sudah ditempeli Label Buku tadi. Penyusunan dalam rak mulai dari kira ke kanan dengan nomor terkecil lebih dahulu baru ke nomor besar dan setiap rak berisi identitas mengenai buku yang tersusun sesuai nomor klasifikasinya. Penomoran rak pun tergantung sedikit banyaknya buku sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada. Terserah kepada kreatifitas dan inovasi setiap pengelola perpustakaan itu sendiri. Jadi jika rak sedikit maka satu rak bisa menampung 2 atau lebih nomor klasifikasi.

Mengganti Template Blog

Sebelum Anda mulai mengganti template blog, ada baiknya lihat dulu pembahasan mengenai Men-download Template Blog.

Untuk mengganti disain template (skin) blog Anda agar terlihat lebih menarik sehingga membuat Anda lebih betah blogging, maka ada beberapa langkah dibawah ini yang bisa Anda ikuti :
1. Login ke Blogger
2. Klik Dasbor (letaknya biasanya di kanan atas)
3. Klik Rancangan

4. Klik Edit HTML


5. Klik Download Template Lengkap, (untuk mem-backup template lama yang ingin diganti)
 6. Klik Browse dan cari lokasi tempat Anda menyimpan file template dengan ekstension .xml
7. Pilih template yang ingin Anda pakai lalu klik Open

8. Lalu klik Unggah
8. Klik PERTAHANKAN WIDGET untuk menggunakan widget-widget yang ada pada template Anda yang lama
9. Klik SIMPAN TEMPLATE
10. Maka template Anda telah diganti dengan template baru yang tentunya memiliki tampilan yang lebih bagus sesuai keinginan Anda dan telah tersimpan.
11. Klik Lihat Blog untuk melihat Blog Anda dengan penampilannya yang baru.
Selamat mencoba ...

Men-download Template Blog

Untuk mengganti template blog Anda khususnya pada Blogger, maka terlebih dahulu Anda harus men-download template yang sesuai dengan disain yang Anda sukai.

Berikut beberapa situs yang menyediakan disain blog keren dan gratis tentunya, selain bisa anda cari sendiri di search engine :
www.btemplates.com
www.bloggertemplatesfree.com
www.freetemplatesblog.com
www.zoomtemplate.com
www.eblogtemplates.com

1. Masuklah kesalah satu situs misal www.btemplates.com
2. Pilih template Anda sesuai dengan kategori yang ada pada pilihan di kanan. Template bisa Anda pilih berdasarkan jumlah kolom, style, letak sidebar, ataupun warna.
3. Kemudian akan terlihat beberapa contoh template dan bisa anda download langsung atau klik demo untuk melihat tampilan template itu secara penuh jika sudah di-install.
4. Setelah meng-klik download lalu klik simpan jika tidak otomatis menyimpan.
5. Buka folder tempat template itu disimpan (kalau otomatis biasanya tersimpan di folder my documents/downloads).
6. Ekstraklah file tersebut dengan Winzip atau Winrar maka akan didapat folder yang di dalamnya terdapat file template tersebut dengan ekstension .xml
7. Nah Anda sudah selesai men-download template untuk blog Anda.

Selanjutnya untuk mengganti template blog Anda, silahkan lihat pada bahasan mengenai Cara Mengganti Template Blog.

Selamat mencoba ..!
1 Sep 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Film "Gie"

Soe Hok Gie, tokoh utama dalam film Gie adalah seorang penulis, seorang wartawan, kritikus pada jaman orde lama dan permulaan jaman orde baru. Pada jaman akhir pemerintahan presiden Soekarno, ia turut serta menuntut perubahan, terutama dalam bidang sosial dan ekonomi, karena ia melihat banyak terjadi penderitaan dalam masyarakat seperti kemiskinan dan gelandangan.

Pada jaman orde baru, setelah Soeharto menjadi presiden dan militer memegang peranan dalam kekuasaan, ia semakin aktif menulis di media massa seperti harian kami dan kompas mengenai kritik-kritik kepada pemerintahan yang menurutnya tidak jauh beda dengan pemerintahan pada jaman orde lama. Penuh dengan kolusi dan korupsi.

Tulisannya yang paling penting adalah tulisan mengenai pembunuhan secara besar-besaran di Bali terhadap massa pendukung PKI, termasuk pemerkosaan terhadap para wanita yang dianggap masuk gerwani (gerakan wanita indonesia-PKI). Menurutnya, konspirasi besar-besaran ini telah menewaskan lebih kurang delapan puluh ribu rakyat Bali, termasuk didalamnya wanita, anak-anak, dan para orang tua.

Soe Hok Gie akhirnya diberitakan meninggal di puncak gunung Semeru, oleh sahabatnya Denny kepada sahabat wanita sekaligus wanita yang pernah dicintai dan mungkin masih dicintainya, seperti terlihat dari kata-kata pada sebuah puisi terakhir yang dikirimkannya kepada Ira,

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah

ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza

tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku

bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu

atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi...

ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang

ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra

tapi aku ingin mati di sisimu manisku

setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya

tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu...

mari sini sayangku...

kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku

tegaklah ke langit luas atau awan mendung

kita tak pernah menanamkan apa-apa,

kita takkan pernah kehilangan apa-apa...

Lowongan Kerja PT Astra Daihatsu Motor

As the biggest car manufacturing company in South-East Asia and the main global production base for Daihatsu & Toyota products which firmly managed by Astra Management System, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR, challenge all intellectuals to achieve their self actualization by joining our Kaize-Culture Team within several positions:

Junior Staff
(Jakarta, Karawang / Cibitung)

Requirements:

  • Male
  • Max. 27 years old
  • Diploma Degree in all major (S1) with IPK 3.00
  • Computer literate (min. Ms Office).
  • Having extensive experience in organization is an advantage.
  • Exhibit good leadership & interpersonal skill.
  • Interested in automotive industry
  • Ready to be placed in our office & plant / factory in Jakarta, Karawang, or Cibitung
Untuk lebih lengkap, silahkan klik disini

sumber: www.jobstreet.com

koDe-Xp

Lowongan Kerja PT Verena Multi Finance

Perusahaan Multi finance berskala nasional yang beroperasi di seluruh Indonesia membutuhkan tenaga profesional yang berkompetensi dan berdedikasi tinggi untuk posisi sebagai berikut:

Administration (Adm)
(Kota Besar di Indonesia)

Requirements:

  • Usia 23 – 30 tahun
  • Pendidikan minimal D3 (semua jurusan)
  • Pengalaman minimal 1 tahun di posisi yang sama
  • FRESH GRADUATE are welcome
  • Memiliki kemampuan leadership, berdedikasi tinggi, pekerja keras, pantang menyerah.
  • Bersedia bekerja di bawah tekanan.
  • Memiliki kendaraan bermotor
  • Lokasi penempatan: JABODETABEK, BANDUNG, SERANG, MEDAN, PEKANBARU, PALEMBANG, ACEH, SURABAYA, MALANG, SEMARANG, SOLO, SAMARINDA, MAKASSAR, RANTAU PRAPAT
Lampirkan CV, Foto 4 x 6, Serta kode posisi di sisi kanan atas ke:

PT VERENA OTO FINANCE, Tbk
HRM Division
PO BOX 1798 Jakarta 10017

Or
Email us at: recruitment@verena.co.id

Untuk lebih detail silahkan klik disini

Sumber:

www.jobstreet.com



27 Agu 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Mengenal bagian - bagian gitar klasik

Gitar klasik merupakan gitar dengan senar nilon dan cenderung memiliki body gitar yang lebih besar dari gitar pada umumnya, meskipun ada tipe gitar klasik sekarang yang memiliki model lebih kecil dari pendahulunya.

Kemungkinan gitar ini berasal dari daerah latin di Eropa sekitar Spanyol. Namun beberapa sejarah mengatakan kalau alat musik ini sebenarnya berasal dari India, yakni Sitar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh bangsa Spanyol sehingga menjadi seperti sekarang ini.

Untuk memulai belajar gitar, ada baiknya dulu kita belajar mengenal bagian-bagian gitar itu sendiri secara garis besarnya oke.

Gitar klasik memiliki beberapa bagian penting seperti terlihat pada gambar, yaitu :
1. kepala gitar, dimana disini terdapat kunci penyetelan senar sekaligus tempat untuk mengikat senar.
2. leher gitar atau neck dimana terdapat fret, dan grip (besi pendek-pendek yang terpasang tegak lurus leher)
3. body gitar dimana terdapat lubang resonansi atau lubang suara, body bridge untuk mengaitkan senar pada body, sekaligus yang menentukan tinggi rendahnya senar.
4. dan tentu saja yang terpenting adalah senar gitar itu sendiri, yang khusus untuk gitar klasik biasanya terbuat dari nilon.

Adapun untuk penamaan senar gitar itu sendiri, mulai dari yang paling bawah yang merupakan senar paling tipis atau kecil diberi nomor 1, selanjutnya nomor 2, sampai senar paling atas yaitu senar yang paling tebal diberi nama senar nomor 6. Ya, darimana itu, karena memang merupakan standar penamaan senar. :)

Selanjutnya mari kita pelajari lagi lebih detail untuk penamaan senar sesuai dengan tebal tipisnya senar. Silahkan perhatikan pada gambar di bawah ini untuk lebih jelasnya.


Kalo sudah mengerti nama-nama senar sesuai urutannya. Selanjutnya kita bahas lebih detail lagi untuk bagian-bagian gitar pada kepala gitar atau head stock. Silahkan lihat gambar dibawah ini ya.




Nah, kira-kira sekian dulu untuk pembahasan kali ini mengenai bagian-bagian dasar gitar khususnya gitar klasik, sebab garis besarnya hampir sama dengan gitar elektrik. Dan kalo ada pertanyaan, silahkan tulis di komen yaa.

Keep enjoy the music way...

Sebuah benda purbakala dari Gerih

Sekilas bentuknya seperti sebuah cincin, namun lebih tebal. Bisa juga dikatakan mirip dengan Lesung, yakni suatu alat tradisional indonesia, dan khususnya di Bali biasanya digunakan sebagai alat tumbuk oleh masyarakat tradisional. Namun benda yang satu ini tidak sebesar lesung. Ukurannya kira-kira sebesar ibu jari tangan kanan orang dewasa. Ia memiliki tinggi/panjang lebih kurang 2,3 cm dan diameter lebih kurang 2,3 cm juga. Kemungkinan bentuk dasar sebelum dibentuk sedemikian rupa adalah sebuah kubus.



Tetapi keunikannya yaitu benda ini memiliki lubang ditengah-tengahnya dengan diameter lubang yang berbeda pada kedua ujung lubang itu. Lubang yang lebih besar memiliki diameter kira-kira 1,1 cm dan lubang yang kecil memiliki diameter kira-kira 0,8 cm. Satu lagi keunikannya yang lain yaitu tepat ditengah-tengah daripada lubang itu, memiliki pembesaran kearah luar. Jadi seperti bentuk lubang pada batok kelapa yang masih utuh.


Benda unik ini diperkirakan adalah sebuah benda purbakala atau benda kuno oleh pemiliknya yang juga sekaligus adalah penemu daripada benda tersebut yaitu Bapak I Wayan Sumitra, S.Pd. yang berasal dari desa Gerih. Beliau menemukan benda ini di dasar telabah (telabah adalah suatu aliran kecil air mirip sungai yang merupakan cabang penghubung antara sawah yang satu dengan yang lain, serta berfungsi mengalirkan air dari bendungan di sungai menuju sawah-sawah) yang letak dari telabah ini tidak jauh dari rumah beliau. Beliau mendapatkan benda ini ketika "ngogo" yaitu suatu aktifitas tradisional masyarakat untuk mencari sesuatu di dasar sungai, berupa barang berharga seperti uang kepeng, dan terkadang beberapa perhiasan ditemukan. Beliau memiliki inisiatif untuk melakukan kegiatan "ngogo" ini di telabah, karena banyak warga masyarakat terutama wanita, biasanya mandi di telabah itu.

Beliau menemukan benda ini sekitar tahun 1970-an, dimana pada masa itu banyak orang, khususnya wanita dan anak-anak yang mandi disungai sebab keberadaan kamar mandi dirumah sendiri masih minim. Setelah sekian tahun beliau menyimpan benda kuno ini di rumahnya, pada suatu saat beliau teringat akan suatu permainan tradisional masa kecilnya, dimana beliau sering meniup buah atap, yaitu suatu buah yang memiliki bentuk sebesar buah duku, namun dengan struktur keseluruhan yang sekeras tempurung kelapa muda. Buah ini biasanya dilubangi di bagian tengahnya untuk kemudian ditiup sehingga berbunyi seperti peluit.

Nah berawal dari sinilah beliau kemudian mencoba untuk melakukan hal yang sama pada benda kuni ini. Namun setelah beberapa kali mencoba dengan berbagai posisi, akhirnya pada posisi yang pas yang memang sebetulnya ditetapkan untuk posisi meniup, maka benda inipun akhirnya mengeluarkan lengkingan suara yang benar-benar keras menusuk telinga. Beliau pernah beberapa kali memperlihatkan kepada saya, dan beberapa saat setelah berhenti ditiup, lengkingan dari suara yang dikeluarkan itu masih terasa sampai kedalam otak bahkan ke hulu hati. Seperti terasa agak mengganggu atau terasa tidak nyaman. Menurut saya frekuensi yang dihasilkan mungkin hampir mendekati batas tertinggi pendengaran manusia yaitu 20.000 hertz.

Kesimpulan yang didapat oleh beliau sendiri, yaitu kemungkinan benda ini dahulu kala dipergunakan untuk mengusir binatang buas, atau mengusir musuh. Sebab dengan mengingat efek yang ditimbulkan ketika ditiup bahkan setelah ditiup. Sedikit kemungkinan juga mengarah kepada kegunaannya yang lain yaitu untuk memanggil kawanan dari kelompok masyarakat tertentu yang sedang berburu secara berpencar di tengah hutan untuk berkumpul kembali. Jadi mirip seperti peluit pramuka pada aktifitasnya di lapangan.

Benda ini terbuat dari batu ketan yaitu bahasa bali untuk suatu jenis batuan yang memiliki struktur lebih keras daripada batu padas dan lebih lembut dari batu besi atau batu lahar. Lebih lembut dari jenis batuan yang dipakai untuk membuat lesung atau alat tumbuk tradisional tadi, dan banyak ditemukan di sungai dengan warna agak coklat sedikit kemerahan atau kekuningan. Kemungkinan batu ini dibuat dijaman logam, sebab alat yang bisa digunakan untuk melubangi bagian tengah batu tersebut harus sekeras dengan logam atau besi.
27 Apr 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Sembahyang ke Pura Gunung Raung dan Pura Samuan Tiga

Siang itu Rabu 27 April 2011, jam 12.05 saya telah bersiap-siap berpakaian, sambil menunggu matahari agak condong ke ufuk barat. Jam 12.30 teman pun datang dan kami berdua segera berangkat menuju tujuan awal yang kira-kira direncanakan 2 hari lalunya. Untung saja hari cerah namun cuaca agak berawan jadi tidak terlalu panas. Adalah Pura Gunung Raung di desa Taro kecamatan Tegallalang, dan Pura Samuan Tiga di desa Bedulu, Kec. Blahbatuh, Kab. Gianyar - Bali tujuan kami sekarang.
Segera berangkatlah kita menaiki motor grand bututnya si bli Ketut Agus, menuju Tegallalang, so jalan yang ditempuh adalah Juwet, Semana, Ubud, Petulu, Tegalalang. Sengaja memilih trek ini yang memang banyak sekali sawah-sawah hijau yang masih membentang. Jadi masih menikmati dulu sisa-sisa jamrud khatulistiwanya Indonesia yang sudah tergerus sedikit demi sedikit atau malah banyak demi sebanyak yang baru saja Indonesia meraih gelar Guinnes Record untuk penggundulan hutan tercepat di dunia. :D
Melewati petulu, terlihat cuma ada beberapa Kokokan/burung bangau yang bertinggah di dahan-dahan pohon nangka, mungkin kawanan lainnya sedang mencari makan. Tiba juga di Tegallalang dengan ciri khasnya banyak artshop atau kita sebut saja toko yang menjual barang seni dan antik. Mulai dari patung, kerajinan pecahan kaca, kayu dan akar pohon, dan banyak lagi antik-antik yang dipajang. Selama sejam perjalanan dari rumah rupanya awan mulai tebal dan hujan rintik-rintik semakin deras memaksa kami berteduh di salah satu workshop kerajinan yang kebetulan ada orangnya lagi bikin kerajinan tentunya.
Desa Taro terkenal dengan kerajinan Paras Taronya
Setelah hujan reda saya sempat bertanya arah ke desa Taro pada seorang karyawan, dan ternyata persis seperti feeling si agus kalau jalan masuknya sudah lewat. Tapi tidak terlalu jauh sie, mungkin kira-kira 200 meter. So, mesti balik haluan 180 derajat dan on the way sekali lagi ke arah barat dipertigaan yang sudah berisi tanda plang menuju pura Gunung Raung Kahyangan Jagat.
Bentang alam Taro yang luar biasa
Jalannya turun agak terjal dan banyak pohon, wow ternyata bentang alam yang luar biasa penuh dengan relief ekstrem. Sungguh pemandangan yang mantap untuk beberapa pengendara sepeda gunung yang sempat kami lewati sepanjang jalan desa yang sedikit agak rusak aspalnya. Akhirnya tiba juga di Desa Taro tepatnya Banjar Kaja Taro. Konon menurut sejarahnya, desa ini didirikan oleh seorang Rsi Suci yang berasal dari garis perguruan Maharkandya di India, yakni Rsi Markandeya. Setelah sempat mengalami musibah sewaktu kedatangan beliau untuk yang pertama ke Pulau Bali, akhirnya setelah melakukan tapa brata yoga samadhi di
Papan himbauan kepada umat dan pengunjung/turis
Pesraman/Perguruan beliau di Gunung Raung di Jawa Timur, akhirnya beliau memperoleh pewisik untuk terlebih dahulu menanam Panca Datu atau lima unsur alam di desa Basukian di kaki gunung Agung sehingga sekarang menjadi Pura Besakih. Setelah kedatangan beliau yang kedua itu akhirnya beliau berhasil merabas hutan dan mendirikan sebuah desa di daerah Sarwa Ada alias Sarwada yang kemudian menjadi Taru dan akhirnya menjadi Taro yang mana akhirnya beliau mendirikan Pura untuk mengingatkan dan memuja kepada pesraman beliau yang ada di Jawa Timur sesuai dengan nama gunung tempat pesraman tadi yakni Pura Gunung Raung.
Ternyata pas kedatangan kami, telah ada kegiatan/karya yang masih menunggu bulan pitungdina/ 1 bulan 7 hari minggu depannya. Jadi pura telah dihias dengan berbagai sarana upacara.
Gb. Pintu Masuk Utara
Saya dan agus langsung masuk ke pura setelah sempat bertanya pada penduduk setempat kalau - kalau ada Pemangku yang sedang ngayah. Rupanya Pura Gunung Raung sangat luas. Disana terdapat empat pintu masuk ke areal pura. Sempat berkeliling dan masuk ke jeroan utama/utama mandala saya menghaturkan canang/persembahan dan mulai sembahyang/berdoa. Selesai sembahyang terlihat seorang bapak menuju ke arah kami dan sempat terjadi dialog mengenai asal - usul pura sekadar untuk meyakinkan saya dengan buku yang pernah saya baca. Dan hasilnya cocok.

Perjalanan dilanjutkan menuju ke Pura Samuan Tiga sebelah timur Goa Gajah. Kali ini akselerasi lebih cepat karena jalanan menurun. Sebelum sampai tepat di pura, kami singgah dulu di warung pinggir jalan untuk melepaskan dahaga yang sedari tadi menghampiri tenggorokan saya. Cukup juice alpukat tanpa camilan apa-apa.
Menuju pura menuruni tangga
Setibanya di pura, saya sempat tercengang karena tempat parkir yang agak lebih tinggi dari pura, sehingga pura nampak tidak kelihatan. Hanya beberapa pohon beringin tinggi nampak tidak jauh dari areal parkir. Selesai merapikan pakaian, kami segera menuju pura, dan ternyata ada iring-iringan gebogan(persembahan buah-buahan yang tersusun sedemikian rupa dijunjung) yang dibawakan rapi oleh ibu-ibu dengan pakaian stelan seragam diiringi gamelan Beleganjur/musik bali yang penabuhnya saya lihat masih anak-anak muda. Beruntung sekali pikir saya karena tidak hanya satu tapi dua banjar/kelompok berbeda yang membawakan.
Masuk ke pura kami langsung mendapatkan tempat kosong karena baru pergantian setelah persembahyangan bersama sebelumnya.
Iring-iringan Ibu-ibu menjunjung Gebogan
Setelah canang/persembahan kami diantarkan dan dipuja oleh pemangku setempat, persembahyangan dimulai dan diakhiri dengan menerima percikan tirta/air suci sebagai simbol telah mendapatkan anugerah yang baik dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Ternyata di Pura Samuan Tiga, pemedek/umat mesti melakukan persembahyangan di 4 tempat yang masih dalam areal pura yang memang sangat luas hampir seperti di pura-pura besar lainnya di Bali. Pertama bersembahyang di Pura Beji sebagai lambang pembersihan terhadap badan jasmani dan rohani, kemudian di Pura Pelinggihan Ida Panji Sakti, Sanghyang Sedana dan yang terakhir di Pura Utama Mandala Samuan Tiga.
Gebogan/Soda adalah Persembahan dengan unsur buah-buahan, bunga dan daun dan dihias sedemikian rupa sesuai dengan estetika/keindahan dan seni orang Bali sejak jaman dulu.

Kami pun menyempatkan diri untuk bersembahyang di pura-pura tersebut sebelum mengakhiri perjalanan tirtayatra/mengunjungi tempat suci dengan menikmati pemandangan pura yang sungguh menyejukkan dengan desain arsitekturnya yang luar biasa. Sangat terasa sekali aura kesucian dan kedamaian pura yang konon dipakai oleh Empu Kuturan, salah seorang dari Panca Rsi/Lima Empu(pendeta) dari Jawa yang datang ke Bali, untuk mengajarkan Hinduisme. Beliau dikatakan seorang penganut Buddhisme yang akhirnya menyatukan seluruh paham/aliran keagamaan Hindu yang ada di Bali dengan konsep Tri Murti atau tiga manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Beliau juga mendirikan desa adat dengan puranya yang disebut Kahyangan Tiga, yakni Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem yang masing-masing memuja Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Shiwa. Nah... di Pura inilah konon beliau mengadakan pesamuhan/paruman/sidang dengan semua unsur pendeta dari masing-masing sekte/aliran/paham untuk menyatukan persepsi agar terjadi kerukunan umat sesuai dengan tujuan dari agama itu sendiri. Memang pada akhirnya semua menuju kepada satu Tuhan yakni Yang Maha Esa Sendiri. Walaupun terdapat banyak manifestasi Beliau yang sesuai dengan jiwa dan hati serta kelahiran dari seseorang manusia itu. Yang terpenting adalah kesadaran bahwa Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti (sloka Hindu) yang berarti Tuhan itu tunggal, namun orang bijaksana menyebut-Nya dengan banyak nama. Jadi bijaksana dan cerdaslah orang yang telah mengetahui dan memahami hal tersebut.
Akhirnya kami harus segera menuntaskan perjalanan kali ini dengan menikmati hidangan favorit saya juga sebagai makan malam di senggol Gianyar yang waktu itu lumayan ramai seperti hari-hari biasanya. Yang berbeda menurut saya adalah banyak pengunjung dengan pakaian sembahyang karena bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi di Bali.
= Tamat =
23 Apr 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Hari Raya Saraswati

Dewi Saraswati (sumber: http://dexukeba.blogspot.com)
Hari Saraswati adalah hari turunnya ilmu pengetahuan suci ke dunia untuk menuntun umat manusia dan semua makhluk untuk memcapai kesadaran tertinggi. Perayaan yang diperingati setiap 210 hari atau lebih kurang 7 bulan masehi adalah salah satu bentuk pemujaan kepada perwujudan Tuhan Yang Maha Esa sebagai dewi ilmu pengetahuan yaitu Dewi Saraswati.


gambar: ballidah.wordpress.com

Ilmu pengetahuan sering disebutkan dengan perlambang seorang Dewi atau wanita cantik, dengan maksud adalah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan suci merupakan hal sangat menarik untuk kita pandang, dekati dan pelajari. Umat Hindu di Bali khususnya akan merayakan hari Saraswati di seluruh tempat suci yang ada, seperti di rumah, atau di Pura Kawitan, dan terutamanya di masing-masing sekolah yang memang memiliki tempat persembahyangan yang dalam hal ini adalah Padmasana atau Pura.
Tari Rejang, dipentaskan menjelang persembahyangan



Kalau dilihat secara umum, perayaan yang paling banyak dilakukan adalah di sekolah. Ini karena sekolah merupakan tempat belajar yang paling banyak kita jumpai saat ini, walaupun jaman dulu terdapat juga semacam pesraman atau perguruan-perguruan yang biasa juga disebut Asrham. Di sekolah merupakan tempat untuk belajar segala pengetahuan terutama kepada anak-anak usia produktif belajar. Pada usia ini seorang anak memiliki kecerdasan dan ketajaman pemahaman yang baik sehingga akan dengan cepat dapat menguasai sesuatu yang baru. Apalagi jika hal tersebut merupakan hal yang mereka senangi atau gemari. Seyogyanyalah lebih banyak ditanamkan budi pekerti dan cinta kasih kepada sesama, sehingga anak akan terbiasa untuk memiliki budi yang luhur dan mampu menghargai segala perbedaan yang ada.

Persembahan Canang Sari
Perayaan Saraswati biasanya dilakukan pagi hari, sesuai dengan filosofi bahwa waktu yang paling baik untuk belajar adalah pada pagi hari. Dimana pikiran dan badan masih segar untuk menyerap dan memahami segala penjelasan mengenai suatu ilmu atau prinsip. Persembahan yang dilakukan akan dipimpin oleh seorang pemangku atau juga seorang Sulinggih kalau itu diadakan di Griya dimana ada yang menjadi pendeta Hindu disana. Persembahan berupa Canang Sari dan Soda atau Gebogan merupakan hal yang paling banyak dihaturkan oleh umat Hindu di Bali khususnya. Biasanya siswa menghaturkan Canang Sari yang berisi sesari sesuai dengan keikhlasan dan Gebogan yang berisi buah-buahan dan bunga. Ini sesuai dengan empat macam persembahan yang boleh dihaturkan kepada Tuhan yakni Bunga (Puspam), Buah (Palam), Air (Toyam), dan Daun (Patram).
Pemangku sedang mengantarkan persembahyangan
Jadi kalau kita perhatikan setiap bentuk persembahan pasti akan mengandung keempat unsur tersebut. Adanya persembahan berupa daging hewan mungkin merupakan bentuk pemujaan yang ada di Bali sebelum masuknya Agama Hindu, dimana masih bersifat Animisme dan Dinamisme. Namun terutama yang harus diperhatikan adalah keikhlasan yang mempersembahkan. Bukan harus pada banyak atau besarnya persembahan. Meskipun besar atau kecil jika tidak didasari atas hati yang tulus dan ikhlas akan menjadi sesuatu yang sia-sia atau tiada arti. Maka dari itu hendaknya umat selalu menyadari atau membiasakan untuk menghaturkan buah atau keempat persembahan tadi kepada orang lain, baik kepada Pemangku yang telah mengantarkan persembahan itu atau siapapun agar tidak hanya dinikmati sendiri. Dari situlah bentuk nyata belajar keikhlasan dimulai.
21 Apr 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Cinta

Sebuah kata yang penuh makna, memberikan arti bagi kehidupan dan perilaku. Didalamnya terkandung ungkapan, hati atapun kata. Sepadan dengan suka, tertarik, sayang, memiliki, menguasai, yang akhirnya terserah kepada setiap individu untuk memaknai. Terkadang bersifat pribadi, atau universal. Sebagai sebuah karakter dan kekuatan untuk merancang dan menjalankan suatu harapan, sehingga mampu terwujud.

Bila anak muda memandangnya, ia akan menjadi ketertarikan fisik dahulu, menuju kepada keterikatan jiwa yang bisa dangkal atau dalam. Bila tak diungkapkan ia dapat menjadi lebih dalam atau juga pudar setengah ataupun sepenuhnya. Kadarnya selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosi jiwa yang sedang dilandanya. Wanita dan pria masing-masing sangat berbeda dalam memahami dan mengekspresikannya. Masing-masing logika dan emosi memainkan peranannya. Cinta ini akan menyatukan dua individu dengan jalan harmonis yang berujung menjadi kenangan dan pelecut semangat kala rasa sudah biasa. Bila dipahami sebagai ibu, cinta akan menjadi kekuatan memiliki terhadap anak-anak yang dilahirkan dan atau dibesarkan.

Cinta yang universal memberikan kesejukan kepada dunia yang lebih luas. Tidak saja kepada satu individu tertentu, namun menjangkau seluruh mahluk hidup, bahkan semesta tempat bernaungnya semua ciptaan-Nya. Cinta ini lebih merasakan kedalaman dan lebih merasakan keluasan. Jadi bersifat lebih internal dan lebih eksternal. Mendoakan keselamatan jagat raya dengan tidak membedakan berbagai golongan manusia, mahluk hidup, dan tempat hidup. Tidak ada tempat untuk sekadar kebencian dan iri hati. Selalu merenungi setiap denyut alam dalam keheningan pikiran yang dicapai melalui keikhlasan dan keyakinan.

Banyak tokoh yang telah mampu mencapai cinta dan realitas yang tertinggi ini. Telah menghasilkan karya-karya agung berupa untaian kata yang telah ditulis atau didaraskan untuk menuntunkan kesejukan kepada jiwa manusia yang seyogyanya selalu rindu akan kebahagiaan tertinggi. Sesungguhnya inilah arti cinta yang sebenarnya. Yang pada akhirnya mengajarkan kita untuk saling menghargai sesama manusia, menghargai makhluk hidup lainnya, serta menghargai alam semesta, yang pada akhirnya akan memandang semua itu sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai Ciptaan-Nya. Dengan menghadirkan cinta ini bagi semua, kecintaan yang tertinggi kepada-Nya akan tercapai.

Mulailah mencintai semua yang ada, mengasihi, memberkati, dan mulai menyadari bahwa hakikat cinta yang tertinggi ini.
19 Feb 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Petulu dan Kokokan

Kriiiiiinggggggg……!!! Hiruk pikuk alarm menyadarkan mataku dari bunga tidur panjang. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Tapi tak satupun sahutan ayam berkokok kudengar. Dasar memang para ayam sudah enggan dikurung sekarang, saking sudah jarang banget arena sabung ayam eksis. Langsung saja kubersihkan diri, bersiap untuk menyambut pagi yang sudah lebih dulu menyapaku dengan mendung dan angin kencang. Ya, aku yakin mendung ini akan segera dibawa lari, menyisakan selimut-selimut matahari, yang akan mengiringi kayuhku menuju alam bebas.
Rencana menuju ke rumah burung kokokan akhirnya tercapai juga. Setelah menunggu langit menunjukkan celah-celah cahaya, dan aku pun siap memulai perjalanan, meski cuma berdua bareng kak manger, teman band-ku dulu yang sekarang lagi menggila dengan biking (cycling = sebutan kerenku untuk bersepeda). Sambil pemanasan, kukayuh dulu sepedaku ke dagang bubur terdekat, untuk sekadar sarapan penahan lapar sebelum makan siang. Di warung ini memang terkenal dengan menu ala Bali yang khas.
Ketika kutengok jam diponsel, kak manger belum juga muncul, padahal menu pagi sudah kuhabiskan. Kuputuskan saja untuk menjemput ke rumahnya yang kebetulan kudapatkan dia sedang bersiap untuk berangkat pula.

Tepat pukul 7 kurang 15 menit, kami memulai kisah petualangan dengan kecepatan penuh. Maklumlah adanya, terbiasa dengan kecepatan jalan bypass sewaktu bolak-balik bukit Jimbaran dulu. Abiansemal, Semana, Sayan, dan akhirnya sampai juga di Ubud. Sambil minum, istirahat dulu di wantilan sembari menyaksikan orang-orang lalu lalang menuju tempat kerjanya, mungkin di hotel-hotel atau restoran terdekat. Kulihat dua orang sedang menikmati udara pagi, nampaknya seorang ayah dan anaknya yang mengendarai sepeda yang hampir persis dan kami kira harganya agak lumayan.
Kami melanjutkan perjalanan tepat ke utara melewati SMA 1 Ubud, dimana beberapa teman lama sempat sekolah disana. Sebut saja nama sri atau monik.. :D

Manger in action
Memang daerah ini terkenal dengan villa, yang berada persis ditepi lembah-lembah persawahan, suatu pemandangan yang rupanya disukai banyak wisatawan. Berjejer disebelah kiri jalan raya dan memandang lepas kearah pangkung/jurang di baratnya, yang oleh para turis disebut nice view. Foto-foto dulu yuk, baru lanjuttt…..

Jalan mulai menanjak agak tajam, lalu belok kanan, melewati anak kecil yang dengan santainya mendahului sepeda kami, entah mendapat doping apa dia. Pas pertigaan ada petunjuk mengatakan, petulu belok kanan 600 meter.
Ket: Rumah tinggal bagi ribuan kokokan bird
Ya, akhirnya sampai juga. Ini dia, seekor kokokan mulai belajar membajak sawah, walau cuma dengan kaki panjangnya. Dan, lihat, kerumunan burung-burung putih ini, di dahan-dahan pohon nangka yang tumbuh rapi di depan rumah-rumah penduduk. Tampak mereka sedang menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya yang memang telah bernyanyi sedari tadi di atas sarangnya sambil menunggu disuapin ibu mereka. Kotorannya tampak berserakan di atas tanah, ataupun tembok pekarangan. Saya pun sempat hati-hati mengambil beberapa gambar, takut-takut ditimpa rejeki bila terlalu lama berada dibawah pohon.

Puas menikmati polah tingkah mereka, kami lanjutkan perjalanan ke timur menuju Tegallalang. Barang-barang antique yang banyak dipajang di toko-toko sepanjang jalan mengingatkan saya pada sebuah losmen di Ubud, tempat seorang teman jepang yang menginap waktu kunjungannya di Bali beberapa bulan silam.
Teringat akan babi guling bu oka, kak manger menyarankan agar segera kembali, mencari arah Ubud menemui ibu itu di warungnya yang terletak di Ubud. Sampai di depan warung, ternyata babinya belum matang, jadi dengan tampang agak sedikit kecewa kita lanjutkan perjalanan mencari tempat yang saya kira Kaka (personel Slank) pernah menciptakan lagu disana, Tepi Campuhan judulnya. Telusur-telusur, rupanya jalan masuk kesana pernah saya lewati, dekat sebuah SMK swasta dan disebelah pura yang saya rasa merupakan pura yang sangat bersejarah, khususnya dengan kedatangan empu-empu suci ke Bali. Jadi dengan keyakinan tinggi kami bersiap untuk petualangan selanjutnya.

Menikmati lembah seribu pujian
Meski, kaki dan paha sudah mulai terasa mengeras, kami mulai memasuki areal DAS (baca: daerah aliaran sungai), tepatnya diantara dua buah sungai yang nantinya akan menjadi satu alias bercampur, melahirkan kata campuhan (campuh = campur). Memang, tempatnya sangat menakjubkan. Dikelilingi ilalang yang luas, ketika terlihat seorang petani sedang memanen ilalang yang sayangnya hasil goretan sabitnya tidak membentuk sebuah crop circle yang sempat ramai dibicarakan di media massa. Dari kejauhan tampak dua pasang muda-mudi sedang memadu candu-candu asmara, yang sayangnya saat itu saya lihat mengenakan pakaian sekolah, jadi saya berkesimpulan mereka membolos untuk pacaran, ck...ck…ck… but it’s ok, have fun guys.. seruku dalam hati.

Mendaki gunung - lewati lembah
Lembah ini sungguh menantangku, banyak naik turun, merepotkan saya ketika harus mengayuh sepeda menaiki jalan setapak yang telah dilapisi balok-balok semen berupa lempengan-lempengan mirip keramik lantai. Di kejauhan tampak beberapa rumah yang mungkin juga vila berdiri tegar sepanjang sisi jurang dan sesekali nampak pohon palem menghiasi tepian terjal yang penuh rumput dan semak. Sampai juga akhirnya diujung jalan, ketika mulai terlihat beberapa rumah penduduk yang ternyata sudah di desa. Jalan raya yang memiliki tanjakan paling terjal dan panjang yang pernah saya temui, membuat saya harus turun menggiring sepeda meski dengan langkah yang begitu perlahan.

Berharap akan datang keajaiban 'Padi'

Begitu tiba diatas kembali dan berhenti sejenak untuk mengganti minuman botol yang telah habis dimana sebuah warung kecil telah menunggu, persis di depan pura. Sambil menikmati menu tradisional kami beristirahat sejenak mengembalikan separuh tenaga yang habis terkuras diantara lereng-lereng terjal dan lembah nan hijau.

Goes..goes.. mesti segera beranjak, soalnya matahari mulai nampak saat mendung telah habis terbawa angin. Kukayuh lagi tunggangan ramah lingkungan ini melewati jalan raya dan akhirnya tiba di Sayan dan terus berusaha menambah kecepatan, pasalnya selalu terbayang pada selera tinggi orang Bali yang sudah menanti. Mumpung dibayarin :-D Memasuki Semana kembali sebelum akhirnya bertemu beberapa jembatan yang membawa kembali pulang ke Abiansemal. Sebuah desa yang dikelilingi sawah-sawah jika kita akan memasuki desa meski ditempuh dari arah mana saja.

Dan akhirnya, tiba juga waktu untuk menikmati makan siang ala restoran high class dengan menu kulit kering, dan sup daging disisipi lawar khas Balinese banget. What a nice advanture, gumamku.

Sebaiknya sampai disini saja diakhiri cerita ini, soalnya endingnya lagi happy, jadi biar kesannya tidak berkurang dan memang setelah ini cuma pulang ke rumah dan istirahat. Meski sempat ngelap tangkringan.



18 Feb 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Tur Tenganan - Tirta Gangga


Nopember 2010. Pagi yang agak mendung, membawa gerimis menuruni daun-daun kelapa dekat jalan besar tempat kami mengumpulkan para pengelana-pengelana yang akan menelusuri suatu tempat yang indah di timur Bali.
Tongkrongan Kita
Agak ragu juga pagi itu, karena rintikan hujan sedikit menderasi baju-baju kami, beberapa teman ada yang taking picture sambil menunggu yang agak jauh masih menuju markas. Keberangkatan pun kami lakukan bersama saya sendiri, kenyung, adit, tutde, putu seseh dan temannya menerobos gemercik hujan yang mulai sepi. Saya paling yakin hujan ini pasti berhenti, walau di ufuk timur dan barat masih diselimuti awan-awan tebal nan pekat.

Melewati Mambal, Kengetan, dan akhirnya sampai juga di Patung Bayi Blahbatuh guna menjemput seorang teman lagi yang tinggal persis dekat pasar. Ya, Komang meski pada akhirnya telah harus menunggu beberapa saat untuk dia mempersiapkan tunggangannya.

Begitu komang muncul, kami mulai melanjutkan perjalanan menuju kota Gianyar yang pagi itu sudah ramai dengan hiruk pikuk pasarnya melayani para pembeli yang sedang mengisi segala kebutuhan pagi itu. Pertigaan Bangli belum begitu ramai ketika kami mesti melewatinya agar sampai di desa Gelgel.
Dari sini, road to Karangasem mulai terasa. Diiringi truk-truk pasir yang sudah memulai aktifitasnya sedari pagi sekali, kami melintasi kawasan galian c yang merupakan sumber kelimpahan pasir tak terbatas bagi Bali dulunya. Namun sekarang, areal seluas lebih kurang 250 lapangan sepakbola itu mulai membentuk cekungan yang lebih mirip lembah seperti di Arizona. :) Kenampakan geografis di gunaksa memang luar biasa mengundang decak kagum saya, karena sungguh belum pernah saya saksikan fenomena alam begitu anggun.

Perjalanan dilanjutkan dengan mengikuti jalan bypass Ida Bagus Mantra yang membentang dari padang galak sampai karangasem. Akhirnya tibalah kami pada suatu tempat yang bernama manggis. Karena saya masih agak bingung untuk menentukan jalan menuju kunjungan yang pertama, akhirnya bertanya pada beberapa bapak-bapak yang mangkal di sebuah pertigaan menuju ke suatu perkampungan tertentu. Mereka menunjukkan jalan itu persis beberapa menit sebelum kami melewati dan memutuskan untuk berbelok kiri sesuai petunjuk mereka dan tiba juga di Tenganan.
Wah, bertemu nenek-nenek yang membimbing kami memarkir motor tepat diantara barisan mobil-mobil yang telah lebih dulu hinggap disana.
Dengan langkah perlahan kami mulai memasuki salah satu desa tertua di Bali. Ternyata di sana ada tiga banjar yang menyokong satu desa adat Tenganan. Tampaknya aktifitas adat belum nampak, dan saya bersama beberapa teman memasuki salah satu rumah penduduk sambil mengucapkan salam yang nama telah nampak dua gadis sedang menenun.

Kain Tenun Tenganan Pagringsingan
Ya, kain Tenganan Pegringsingan yang terkenal itu dibuat disini, dengan olah keterampilan tangan.
Memang menurut ibu mereka, kain yang asli lebarnya kurang dari satu meter dengan panjang lebih kurang 2 meter tergantung selera. Jadi tidak seperti kamben yang sering kita pakai sembahyang ke Pura itu lho. Kain itu dijual dengan harga jutaan per biji, tergantung penawaran. Puas bercengkrama dengan empunya rumah, kami mohon diri untuk melihat-lihat alam di sekitar desa. Memang tampak asri dikelilingi perbukitan yang disakralkan. Bukit menjulang tinggi di sebelah timur, yang dari kejauhan tampak pohon-pohon besar menyelimuti puncak hingga kaki bukit, dimana terdapat banjar yang letaknya lebih timur dari yang pertama saya kunjungi.

Mengingat waktu, kunjungan tidak dilanjutkan ke wilayah itu. Setelah sempat beristirahat sejenak sambil berbelanja di warung setempat, kami harus mengakhiri pertemuan kami dengan desa ini.
Sebuah pulau kecil mirip batu besar
Perjalanan selanjutnya adalah menuju suatu sumber mata air, boleh dikatakan sebagai suatu oase yang sangat berlimpah di karangasem. Letaknya kira-kira setengah jam kearah timur laut dari kota karangasem. Sebelum melewati kota, kami sempat singgah ke pantai Candi Dasa. Mirip pantai pelabuhan, dari sini dapat terlihat sebuah batu besar yang menyerupai sebuah pulau agak ke tengah dari bibir pantai. Penduduk sekitar mengatakan ada tempat persembahyangan atau pura di pulau kecil itu.
Menikmati desiran angin ala bule..!! :))
Umumnya jika odalan harus ditempuh dengan perahu tempat tersebut. Ya mirip dengan pulau serangan sewaktu belum terhubung dengan dengan seperti sekarang. Menu yang ditawarkan di warung pantai ini beragam pula. Untunglah berbekal ketupat secukupnya jadi tinggal dibelikan bakso saja sudah cukup untuk mengisi perut yang sudah keroncongan sedari Tenganan tadi.

“Ayo berangkat !” Seru salah seorang teman. Rupanya setelah puas menikmati kapal-kapal berlayar menuju pelabuhan ………. Sekaranglah waktu yang tepat untuk menuju Tirta Gangga.

komang lagie mengagumi gunung Agung
Perjalanan kali ini bertambah seru. Sebab di kiri kanan jalan setelah melewati kota Karangasem, terhampar luas sawah-sawah menghijau yang bari ditumbuhi benih-benih padi seperti hamparan zamrud katulistiwa. Tertuju mata kami pada tegak berdirinya gunung berapi tertinggi di Bali yang menurut saya merupakan daerah resapan air dari mata air Tirta Gangga yang mengairi sawah sedemikian luas ini. Gunung Agung masih diselimuti awan putih yang kadang-kadang menarik dirinya karena seperti diterobos gerombolan burung-burung yang memanjakan diri mereka menikmati sejuknya hawa lereng gunung.
Sempat lewat juga sebelum akhirnya ketemu jalan masuk utama yang tadinya saya kira merupakan resort pribadi. Parkir yang kecil diusahakan menampung beberapa motor yang kita bawa. Begitu masuk pintu utama, dan membayar beberapa tiket, kami dipersilahkan masuk ke tempat yang saya sebut taman raja.
menikmati indahnya alam ini
Memang demikian ceritanya, bahwa tempat ini konon merupakan taman raja jaman dahulu kala, baik untuk sekedar mandi atau menikmati keindahan ikan-ikan yang banyak sekali terdapat di tempat ini. Banyak juga rupanya orang yang berkunjung kesini, ada domestik maupun mancanegara. Kolam air yang ditengahnya terdapat tugu seperti meru bertumpang dikelilingi air mancur dari beberapa patung.
Ternyata ada kolam renang juga. Maka dari itu saya putuskan untuk berenang bersama beberapa teman sementara yang lainnya tetap di wantilan barat beristirahat. Wah..dingin. tapi segar.. sejuk rasanya membasahi diri seperti ikan-ikan yang tadi kami sempat beri makan roti. Air yang jernih menambah kenyamanan meliuk-liuk diantara kumpulan orang yang juga asik menikmati guyuran air dari sebuah pancuran besar.
Setelah merasakan tubuh mulai menggigil, ada beberapa pancoran besar di samping kolam tempat membersihkan diri.
this is feeding fishes...
Benar-benar liburan yang mantap. Badan seger, pikiran pun jadi tenang.
Sepulang dari Tirta Gangga, jalan yang kami tempuh saya tunjukkan melalui sibetan. Saya kira jalan ini juga menyuguhi pemandangan yang tidak kalah afdol. Banyak tanjakan dan tikungan yang kami lalui seraya memacu motor-motor lebih kencang supaya tidak didahului teman yang lain. Sibetan adalah daerah penghasil salak, jadi di kiri kanan terdapat kebun-kebun salak alias pohon salak. Waktu menunjukkan pukul 5 sore ketika akhirnya di Gianyar kembali setelah sebelumnya sempat melewati bendungan sungai Unda yang sangat besar.

Kami pun kembali kerumah masing-masing, ketika saya sempat bersantap hidangan maknyus di pasar senggol Gianyar yang benar-benar menggoyang lidah. Memang ketika saya lewat di kota, saya biasanya menyempatkan diri untuk menikmati menu khas ala Gianyar yang mana sangat berkesan bagi saya dilidah terutama bumbunya itu lho…

Sampai bertemu dengan cerita tur berikutnya, yang sampai saat ini masih berupa rencana dikarenakan kesibukan masing-masing anggota skuadron pada pekerjaan ataupun studinya.

Wijaya Kusuma

Akhirnya bunga ini mulai mekar lagi, setelah sekian lama terdiam dia mulai menunjukkan keagungan yang setara dengan namanya.
Kenapa namanya mesti Bunga Wijaya Kusuma ya, barangkali sejarahnya ga lebih special dari sifatnya yang benar-benar pemalu.
Bagaimana tidak, bunga ini cuma mekar di hari-hari besar tertentu saja alias hari spesial, semisal Purnama, Galungan, etc. Ini saja dia mekarnya pas Hari Valentine, wow sungguh luar biasa.
Kalo sudah waktunya mekar, tangkai bunganya akan menjulang tegak dari daun tanaman yang notabene bunganya emang tumbuh dari daun. Lihat digambar. Tapi mulai besoknya, atau tepatnya setelah puncak kemekarannya dia akan tetap bergelantung sebelum akhirnya layu hari demi hari. Berapa hari ya masa layunya? Belum sempet dicek nih. Berhubung pas tulisan ini dimuat dia masih terlihat tetap segar walau ga bakal kita lihat dia mekar lagi.
Jadi untuk sementara kita sampai disini dulu ceritanya. Semoga Wijaya Kusuma tetap memberi inspirasi bagi kemajuan peradaban bangsa.
17 Feb 2011 2 komentar By: Gede Astawan

Nangkil ke Pura Tamba Waras

Tepat hari jumat tepat juga purnama sasih kesanga, dengan bermodal canang secukupnya dan dupa sekurangnya mulai berangkat jam 4 sore.
Setelah siap dengan pakaian sembahyang ala Hindu Bali lengkap kita akhirnya melaju di atas dua roda dendangkan serta lagu suci menuju sebuah Pura yang terletak di kecamatan Penebel kabupaten Tabanan tepatnya di desa Sangketan kalau tidak salah.
Yapz... Pura Luhur Tamba Waras lengkapnya.

Atas tuntunan inspirasi sendiri dan sebelumnya atas informasi dari seorang teman misterius akhirnya sampai juga di Pura. Dengan berbekal keberanian bertanya dan feeling indera ke-6 setelah melewati berbagai tempat baru nan indah layaknya surga yang belum terjamah.
Sempat bingung juga pas nyampe di pelataran parkir Pura, karena sempat sunyi senyap tanpa ada tanda pergerakan manusia, hanya tiupan angin kencang menggoyang dahan-dahan pohon nan tinggi.
Akhirnya seorang manusia berbaju putih yang ternyata adalah pengayah datang dan mempersilakan masuk Pura setelah sebelumnya sempat menanyakan asal.
Senang juga karena muncul lagi beberapa orang dan akhirnya lumayan rame.
Saya berdua pun akhirnya masuk (karena kebetulan berangkatnya juga berdua) lalu menuju Jeroan Utama sebelum akhirnya diantar ke Beji untuk membersihkan diri sembari sembahyang.
Selesai sembahyang, karena tidak nyaman untuk meditasi saking banyak orang lalu lalang untuk sembahyang juga, akhirnya setelah ditunjukkan oleh Pemangku menuju ke Pura Beji lagi yang letaknya agak jauh ke arah barat laut dari Beji pertama.
Wow, amazing... Jalan setapak seperti terlihat pada photo (yang benar photo apa foto ya :-o) mengundang decak kagum saya pada ciptaan Beliau yang luar biasa anggun. di kiri kanan hanya terlihat ilalang, rumput, pohon kelapa dan sesekali terlihat dua ekor burung tekukur bercanda dimabuk rayuan alam. Kami pun sampai, ya di Pura Beji Pingit, namanya. Habis maturan (persembahan) meditasi bisa dilaksanakan dengan khidmat. Luar biasa getaran di Pura ini, sungguh menyejukkan hati dan pikiran.
Sekembali dari sana, kami lalu sembahyang di Jeroan Utama dipimpin Jero Pemangku muspa bersama dan akhirnya sekali lagi dipimpin mepamit nglungsur wara nugraha mangda rahayu ring margine..

Luar biasa, that's all i can say.. Semoga ada yang tertarik untuk nangkil setelah membaca artikel singkat ini.
Tetap semangat untuk kedamaian dan kehidupan.