6 Okt 2011 By: Gede Astawan

Pementasan Tarian Legong di Pura Sangsi Banjar Kedampal Abiansemal

Legong merupakan istilah yang sangat populer sekali di Bali. Legong itu selalu mengacu kepada tarian adat tradisional Bali yang dipentaskan hanya bila ada suatu upacara keagamaan atau dalam istilah orang Bali disebut Piodalan di pura-pura di Bali. Legong sendiri memiliki banyak jenis yang begitu terkenal sekali dikalangan masyarakat Bali sampai wisatawan mancanegara. Legong itu mencakup keseluruhan tarian yang dipentaskan pada suatu piodalan.

Legong adalah tarian sakral yang termasuk dalam tingkatan tarian balih-balihan atau tontonan, namun hanya dapat dipentaskan di pura. Adapun salah satu upacara piodalan yang telah berlangsung yakni di Pura Sangsi Banjar Kedampal, yang terletak di Desa Abiansemal Dauh Yeh Cani, Kec. Abiansemal Kab. Badung. Dan pada hari Rabu tanggal 14 September 2011, tepat pada hari ketiga Piodalan dipentaskanlah tarian Legong oleh anak-anak dan remaja dengan beberapa tarian yang memang paling sering dipentaskan. Tarian itu antara lain Tari Pendet, Tari Sekar Jepun, Tari Oleg Temulilingan, Tari Trunajaya, Tari Legong Kraton, dan Tari Wirayuda.

Diantara beberapa tarian tersebut, tentunya Anda tidak asing lagi dengan Tari Pendet bukan. Tarian yang pernah menjadi polemik antara dua negara tetangga yang pernah mengklaim Tari Pendet. Tari Pendet sendiri merupakan tarian asli Bali yang hanya bisa dipentaskan di Pura pada upacara keagamaan Hindu Bali. Jadi, sudah barang tentu kalau Tari Pendet itu adalah milik asli bangsa Indonesia, sebab Hindu Bali ya hanya ada di Indonesia, tidak di negara lain.

Tari pendet mirip sekali dengan tari Panyembrama di Bali, dimana Tari Panyembrama itu dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu agung seperti, presiden, duta-duta besar, ataupun menyambut tokoh daerah seperti Bupati dan sebagainya. Kemiripannya terletak pada sarana Bunga yang diletakkan pada suatu Bokor, atau semacam tempat canang/sesaji dari bahan perak dan sejenisnya. Bunga ini akan ditabur pada saat tertentu dalam tarian sebagai perlambang menyambut tamu itu.

Malam itu, sekitar pukul 09.00 malam, mulailah pementasan tarian yang dimulai dengan pembukaan gambelan oleh grup musik tradisional Bali yang disebut dengan istilah Sekaa Gong, dan alat musiknya sendiri disebut Gambelan atau Gong. Kebetulan pada saat itu, Sekaa Gong dari Banjar Banjaran Abiansemal mendapat kesempatan untuk ngayah (ngayah: istilah untuk membantu tanpa mengharapkan imbalan di Bali). Tarian pun satu persatu mulai ditarikan oleh anak-anak mulai umur 5 tahun yang pada saat itu masih berstatus siswa Paud. Kemudian anak-anak SD mendapatkan giliran dengan tarian-tarian yang lumrahnya dibawakan oleh anak-anak seperti Tari Pendet sendiri, ataupun Tari Wirayuda. Sampai akhirnya pementasan oleh para remaja SMA dengan Tari Sekar Jepun yang merupakan maskot kabupaten Badung. Para penonton terlihat berjejal memenuhi tribun kecil yang begitu penuh dengan suasana tradisional ala Bali, dan senyum khas orang Bali. Walapun hari semakin larut namun penonton semakin bertambah banyak, seiring tarian-tarian yang semakin lembut gemulai ditarikan oleh anak muda yang begitu berbakat. Gambelan yang langsung ditabuh secara langsung memberikan daya hentak yang luar biasa karena telah mampu membawakan begitu banyak tabuh (tabuh: lagu pada gambelan), terutama tabuh untuk tarian itu sendiri.

Sesaat sebelum pementasan legong dimulai, telah didahului oleh pementasan tarian yang sangat sakral yakni Tari Mamendet / Memendet, yaitu tarian yang khusus dipersembahkan sesaat setelah dihaturkan upacara piodalan itu sendiri. 'Memendet' sendiri ditarikan oleh beberapa orang tua yang ngayah bersama para Pemangku (pemangku: pemimpin sembahyang di suatu pura dibawah Pandita) dengan penuh khidmat, karena memang tari ini lebih sakral dari tarian legong. Namun tari ini lebih menekankan untuk dipersembahkan kepada para Dewata dibandingkan tarian legong yang juga dipertontonkan kepada khalayak ramai. Istilah 'Memendet' sendiri juga berasal dari kata Pendet karena yang menarikan tarian Memendet pun dulu pada waktu mudanya sering menarikan tarian legong seperti tersebut diatas. Karena memang hampir semua wanita Bali pernah belajar menari sewaktu kecil atau mudanya, ya seperti orang Cina yang hampir semuanya pernah belajar Kungfu atau Wushu. Jadi, Tarian Memendet itu semacam musik Jazz kalau dalam dunia musik, dimana tarian Memendet memang mengandalkan improvisasi tarian dari para penarinya sendiri, sambil mengkhayati betapa besar dan agung ciptaan alam semesta ini. Biasanya dengan membawa sarana berupa beberapa tangkai Dupa atau Hio dalam menarikan, dengan penuh rasa sujud bakti serta puja dan puji syukur kepada Tuhan karena telah diberkati sehingga alam beserta isinya hidup makmur dan tenteram.

0 komentar:

Posting Komentar