1 Sep 2011 0 komentar By: Gede Astawan

Film "Gie"

Soe Hok Gie, tokoh utama dalam film Gie adalah seorang penulis, seorang wartawan, kritikus pada jaman orde lama dan permulaan jaman orde baru. Pada jaman akhir pemerintahan presiden Soekarno, ia turut serta menuntut perubahan, terutama dalam bidang sosial dan ekonomi, karena ia melihat banyak terjadi penderitaan dalam masyarakat seperti kemiskinan dan gelandangan.

Pada jaman orde baru, setelah Soeharto menjadi presiden dan militer memegang peranan dalam kekuasaan, ia semakin aktif menulis di media massa seperti harian kami dan kompas mengenai kritik-kritik kepada pemerintahan yang menurutnya tidak jauh beda dengan pemerintahan pada jaman orde lama. Penuh dengan kolusi dan korupsi.

Tulisannya yang paling penting adalah tulisan mengenai pembunuhan secara besar-besaran di Bali terhadap massa pendukung PKI, termasuk pemerkosaan terhadap para wanita yang dianggap masuk gerwani (gerakan wanita indonesia-PKI). Menurutnya, konspirasi besar-besaran ini telah menewaskan lebih kurang delapan puluh ribu rakyat Bali, termasuk didalamnya wanita, anak-anak, dan para orang tua.

Soe Hok Gie akhirnya diberitakan meninggal di puncak gunung Semeru, oleh sahabatnya Denny kepada sahabat wanita sekaligus wanita yang pernah dicintai dan mungkin masih dicintainya, seperti terlihat dari kata-kata pada sebuah puisi terakhir yang dikirimkannya kepada Ira,

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah

ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza

tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku

bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu

atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi...

ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang

ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra

tapi aku ingin mati di sisimu manisku

setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya

tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu...

mari sini sayangku...

kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku

tegaklah ke langit luas atau awan mendung

kita tak pernah menanamkan apa-apa,

kita takkan pernah kehilangan apa-apa...