Gitar klasik merupakan gitar dengan senar nilon dan cenderung memiliki body gitar yang lebih besar dari gitar pada umumnya, meskipun ada tipe gitar klasik sekarang yang memiliki model lebih kecil dari pendahulunya.
Kemungkinan gitar ini berasal dari daerah latin di Eropa sekitar Spanyol. Namun beberapa sejarah mengatakan kalau alat musik ini sebenarnya berasal dari India, yakni Sitar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh bangsa Spanyol sehingga menjadi seperti sekarang ini.
Untuk memulai belajar gitar, ada baiknya dulu kita belajar mengenal bagian-bagian gitar itu sendiri secara garis besarnya oke.
Gitar klasik memiliki beberapa bagian penting seperti terlihat pada gambar, yaitu :
1. kepala gitar, dimana disini terdapat kunci penyetelan senar sekaligus tempat untuk mengikat senar.
2. leher gitar atau neck dimana terdapat fret, dan grip (besi pendek-pendek yang terpasang tegak lurus leher)
3. body gitar dimana terdapat lubang resonansi atau lubang suara, body bridge untuk mengaitkan senar pada body, sekaligus yang menentukan tinggi rendahnya senar.
4. dan tentu saja yang terpenting adalah senar gitar itu sendiri, yang khusus untuk gitar klasik biasanya terbuat dari nilon.
Adapun untuk penamaan senar gitar itu sendiri, mulai dari yang paling bawah yang merupakan senar paling tipis atau kecil diberi nomor 1, selanjutnya nomor 2, sampai senar paling atas yaitu senar yang paling tebal diberi nama senar nomor 6. Ya, darimana itu, karena memang merupakan standar penamaan senar. :)
Selanjutnya mari kita pelajari lagi lebih detail untuk penamaan senar sesuai dengan tebal tipisnya senar. Silahkan perhatikan pada gambar di bawah ini untuk lebih jelasnya.
Kalo sudah mengerti nama-nama senar sesuai urutannya. Selanjutnya kita bahas lebih detail lagi untuk bagian-bagian gitar pada kepala gitar atau head stock. Silahkan lihat gambar dibawah ini ya.
Nah, kira-kira sekian dulu untuk pembahasan kali ini mengenai bagian-bagian dasar gitar khususnya gitar klasik, sebab garis besarnya hampir sama dengan gitar elektrik. Dan kalo ada pertanyaan, silahkan tulis di komen yaa.
Keep enjoy the music way...
Hidup adalah perjalanan yang sangat indah. Jadi nikmati dan berbahagialah atas segala keindahan yang telah diberikan kepadamu. Berbagilah pengetahuan dan kedamaian dengan sesama dan semoga semua hidup berbahagia.
Sebuah benda purbakala dari Gerih
Sekilas bentuknya seperti sebuah cincin, namun lebih tebal. Bisa juga dikatakan mirip dengan Lesung, yakni suatu alat tradisional indonesia, dan khususnya di Bali biasanya digunakan sebagai alat tumbuk oleh masyarakat tradisional. Namun benda yang satu ini tidak sebesar lesung. Ukurannya kira-kira sebesar ibu jari tangan kanan orang dewasa. Ia memiliki tinggi/panjang lebih kurang 2,3 cm dan diameter lebih kurang 2,3 cm juga. Kemungkinan bentuk dasar sebelum dibentuk sedemikian rupa adalah sebuah kubus.
Tetapi keunikannya yaitu benda ini memiliki lubang ditengah-tengahnya dengan diameter lubang yang berbeda pada kedua ujung lubang itu. Lubang yang lebih besar memiliki diameter kira-kira 1,1 cm dan lubang yang kecil memiliki diameter kira-kira 0,8 cm. Satu lagi keunikannya yang lain yaitu tepat ditengah-tengah daripada lubang itu, memiliki pembesaran kearah luar. Jadi seperti bentuk lubang pada batok kelapa yang masih utuh.
Benda unik ini diperkirakan adalah sebuah benda purbakala atau benda kuno oleh pemiliknya yang juga sekaligus adalah penemu daripada benda tersebut yaitu Bapak I Wayan Sumitra, S.Pd. yang berasal dari desa Gerih. Beliau menemukan benda ini di dasar telabah (telabah adalah suatu aliran kecil air mirip sungai yang merupakan cabang penghubung antara sawah yang satu dengan yang lain, serta berfungsi mengalirkan air dari bendungan di sungai menuju sawah-sawah) yang letak dari telabah ini tidak jauh dari rumah beliau. Beliau mendapatkan benda ini ketika "ngogo" yaitu suatu aktifitas tradisional masyarakat untuk mencari sesuatu di dasar sungai, berupa barang berharga seperti uang kepeng, dan terkadang beberapa perhiasan ditemukan. Beliau memiliki inisiatif untuk melakukan kegiatan "ngogo" ini di telabah, karena banyak warga masyarakat terutama wanita, biasanya mandi di telabah itu.
Beliau menemukan benda ini sekitar tahun 1970-an, dimana pada masa itu banyak orang, khususnya wanita dan anak-anak yang mandi disungai sebab keberadaan kamar mandi dirumah sendiri masih minim. Setelah sekian tahun beliau menyimpan benda kuno ini di rumahnya, pada suatu saat beliau teringat akan suatu permainan tradisional masa kecilnya, dimana beliau sering meniup buah atap, yaitu suatu buah yang memiliki bentuk sebesar buah duku, namun dengan struktur keseluruhan yang sekeras tempurung kelapa muda. Buah ini biasanya dilubangi di bagian tengahnya untuk kemudian ditiup sehingga berbunyi seperti peluit.
Nah berawal dari sinilah beliau kemudian mencoba untuk melakukan hal yang sama pada benda kuni ini. Namun setelah beberapa kali mencoba dengan berbagai posisi, akhirnya pada posisi yang pas yang memang sebetulnya ditetapkan untuk posisi meniup, maka benda inipun akhirnya mengeluarkan lengkingan suara yang benar-benar keras menusuk telinga. Beliau pernah beberapa kali memperlihatkan kepada saya, dan beberapa saat setelah berhenti ditiup, lengkingan dari suara yang dikeluarkan itu masih terasa sampai kedalam otak bahkan ke hulu hati. Seperti terasa agak mengganggu atau terasa tidak nyaman. Menurut saya frekuensi yang dihasilkan mungkin hampir mendekati batas tertinggi pendengaran manusia yaitu 20.000 hertz.
Kesimpulan yang didapat oleh beliau sendiri, yaitu kemungkinan benda ini dahulu kala dipergunakan untuk mengusir binatang buas, atau mengusir musuh. Sebab dengan mengingat efek yang ditimbulkan ketika ditiup bahkan setelah ditiup. Sedikit kemungkinan juga mengarah kepada kegunaannya yang lain yaitu untuk memanggil kawanan dari kelompok masyarakat tertentu yang sedang berburu secara berpencar di tengah hutan untuk berkumpul kembali. Jadi mirip seperti peluit pramuka pada aktifitasnya di lapangan.
Benda ini terbuat dari batu ketan yaitu bahasa bali untuk suatu jenis batuan yang memiliki struktur lebih keras daripada batu padas dan lebih lembut dari batu besi atau batu lahar. Lebih lembut dari jenis batuan yang dipakai untuk membuat lesung atau alat tumbuk tradisional tadi, dan banyak ditemukan di sungai dengan warna agak coklat sedikit kemerahan atau kekuningan. Kemungkinan batu ini dibuat dijaman logam, sebab alat yang bisa digunakan untuk melubangi bagian tengah batu tersebut harus sekeras dengan logam atau besi.
Tetapi keunikannya yaitu benda ini memiliki lubang ditengah-tengahnya dengan diameter lubang yang berbeda pada kedua ujung lubang itu. Lubang yang lebih besar memiliki diameter kira-kira 1,1 cm dan lubang yang kecil memiliki diameter kira-kira 0,8 cm. Satu lagi keunikannya yang lain yaitu tepat ditengah-tengah daripada lubang itu, memiliki pembesaran kearah luar. Jadi seperti bentuk lubang pada batok kelapa yang masih utuh.
Benda unik ini diperkirakan adalah sebuah benda purbakala atau benda kuno oleh pemiliknya yang juga sekaligus adalah penemu daripada benda tersebut yaitu Bapak I Wayan Sumitra, S.Pd. yang berasal dari desa Gerih. Beliau menemukan benda ini di dasar telabah (telabah adalah suatu aliran kecil air mirip sungai yang merupakan cabang penghubung antara sawah yang satu dengan yang lain, serta berfungsi mengalirkan air dari bendungan di sungai menuju sawah-sawah) yang letak dari telabah ini tidak jauh dari rumah beliau. Beliau mendapatkan benda ini ketika "ngogo" yaitu suatu aktifitas tradisional masyarakat untuk mencari sesuatu di dasar sungai, berupa barang berharga seperti uang kepeng, dan terkadang beberapa perhiasan ditemukan. Beliau memiliki inisiatif untuk melakukan kegiatan "ngogo" ini di telabah, karena banyak warga masyarakat terutama wanita, biasanya mandi di telabah itu.
Beliau menemukan benda ini sekitar tahun 1970-an, dimana pada masa itu banyak orang, khususnya wanita dan anak-anak yang mandi disungai sebab keberadaan kamar mandi dirumah sendiri masih minim. Setelah sekian tahun beliau menyimpan benda kuno ini di rumahnya, pada suatu saat beliau teringat akan suatu permainan tradisional masa kecilnya, dimana beliau sering meniup buah atap, yaitu suatu buah yang memiliki bentuk sebesar buah duku, namun dengan struktur keseluruhan yang sekeras tempurung kelapa muda. Buah ini biasanya dilubangi di bagian tengahnya untuk kemudian ditiup sehingga berbunyi seperti peluit.
Nah berawal dari sinilah beliau kemudian mencoba untuk melakukan hal yang sama pada benda kuni ini. Namun setelah beberapa kali mencoba dengan berbagai posisi, akhirnya pada posisi yang pas yang memang sebetulnya ditetapkan untuk posisi meniup, maka benda inipun akhirnya mengeluarkan lengkingan suara yang benar-benar keras menusuk telinga. Beliau pernah beberapa kali memperlihatkan kepada saya, dan beberapa saat setelah berhenti ditiup, lengkingan dari suara yang dikeluarkan itu masih terasa sampai kedalam otak bahkan ke hulu hati. Seperti terasa agak mengganggu atau terasa tidak nyaman. Menurut saya frekuensi yang dihasilkan mungkin hampir mendekati batas tertinggi pendengaran manusia yaitu 20.000 hertz.
Kesimpulan yang didapat oleh beliau sendiri, yaitu kemungkinan benda ini dahulu kala dipergunakan untuk mengusir binatang buas, atau mengusir musuh. Sebab dengan mengingat efek yang ditimbulkan ketika ditiup bahkan setelah ditiup. Sedikit kemungkinan juga mengarah kepada kegunaannya yang lain yaitu untuk memanggil kawanan dari kelompok masyarakat tertentu yang sedang berburu secara berpencar di tengah hutan untuk berkumpul kembali. Jadi mirip seperti peluit pramuka pada aktifitasnya di lapangan.
Benda ini terbuat dari batu ketan yaitu bahasa bali untuk suatu jenis batuan yang memiliki struktur lebih keras daripada batu padas dan lebih lembut dari batu besi atau batu lahar. Lebih lembut dari jenis batuan yang dipakai untuk membuat lesung atau alat tumbuk tradisional tadi, dan banyak ditemukan di sungai dengan warna agak coklat sedikit kemerahan atau kekuningan. Kemungkinan batu ini dibuat dijaman logam, sebab alat yang bisa digunakan untuk melubangi bagian tengah batu tersebut harus sekeras dengan logam atau besi.
Langganan:
Postingan (Atom)